BUDI PEKERTI ANGKATAN MUDA SILIWANGI (AMS): Membangun Karakter Kepatriotan
5 min read
Pernyataan Penafian:
Seluruh isi, pendapat, dan pandangan yang tertuang dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab dan pemikiran pribadi penulis. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mewakili atau mencerminkan sikap, pendirian, maupun kebijakan resmi dari redaksi Pakusarakan.com atau organisasi AMS.
Oleh : Aminuddin Supriyadi *)
Angkatan Muda Siliwangi (AMS) adalah sebuah organisasi massa (ormas) yang tak hanya sekadar wadah kepemudaan, melainkan sebuah komponen Angkatan Muda Indonesia yang berjuang di bawah panji bhakti Siliwangi. AMS adalah ormas kepatriotan yang kokoh, berintegritas, dan senantiasa berbakti kepada masyarakat, mengamalkan semboyan perjuangan “Pakusarakan” yang berarti “pertahankan tanah air”. Budi pekerti AMS adalah intisari dari nilai-nilai luhur yang ditanamkan kepada setiap anggota dan kadernya; memadukan kekayaan budaya Sunda, semangat keprajuritan, serta komitmen pada pengabdian. Ini adalah fondasi etika dan moral yang mengarahkan setiap langkah dan tindakan AMS, menjadikannya organisasi yang relevan dan adaptif di berbagai wilayah Indonesia.
Tiga pilar utama budi pekerti AMS
Budi Pekerti AMS terbentuk dari sinergi tiga pilar utama yang saling menguatkan, membentuk karakter pejuang yang setia pada tanah air:
1. Nilai-nilai budaya Sunda
Nilai-nilai ini menjadi akar yang mengikat AMS dengan identitasnya dan kearifan lokal, membentuk landasan etika dalam berinteraksi dan menjalani hidup. Nilai-nilai ini dapat diuraikan lebih lanjut, sebagai berikut:
Tata Sunda, yaitu mengedepankan kesopanan, keramahtamahan, dan penghormatan terhadap sesama. Ini tercermin dalam sikap saling menghargai, bertutur kata santun, dan menjaga harmoni sosial yang merupakan modal penting dalam perjuangan kolektif.
Catur Silih, merupakan konsep keseimbangan dan saling ketergantungan yang melingkupi empat aspek penting:
Silih Asah, yaitu saling mengasah, berbagi ilmu, dan meningkatkan kapasitas diri serta orang lain. Ini mendorong pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan potensi sebagai bekal perjuangan.
Silih Asih, yaitu sikap saling menyayangi, mengasihi, dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang kuat. Ini membangun ikatan emosional dan solidaritas di antara pejuang.
Silih Asuh, yaitu sikap saling membimbing, mengayomi, dan melindungi. Ini menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk membantu dan mendukung sesama anggota dalam setiap situasi.
Silih Wawangi yaitu sikap saling mengharumkan nama baik, menjaga kehormatan bersama, dan memberikan kontribusi positif yang membanggakan, demi kemuliaan organisasi dan tanah air.
Termasuk ke dalam nilai-nilai Sunda adalah panca waluya yaitu lima nilai keselamatan atau kesejahteraan yang menjadi tujuan dan pedoman hidup setiap individu; memastikan kesiapan fisik dan mental dalam mengemban tugas kepatriotan, yang terdiri dari:
Cageur. Sehat jasmani dan rohani, sebagai modal utama untuk beraktivitas dan berjuang.
Bageur. Baik hati dan berbudi luhur, memiliki integritas moral yang tak tergoyahkan.
Bener, jujur dan benar dalam perkataan maupun perbuatan, menjunjung tinggi kebenaran di atas segalanya.
Pinter: Cerdas, berpengetahuan luas, dan bijaksana dalam mengambil keputusan strategis.
Singer: Terampil, cekatan, adaptif, dan mampu menghadapi berbagai situasi dan tantangan di lapangan.
2. Nilai-nilai keprajuritan.
Nilai-nilai ini menanamkan jiwa kesatria, disiplin, dan komitmen yang kuat; layaknya seorang prajurit sejati yang setia pada tugas dan negaranya, sejalan dengan makna Pakusarakan.
Keberanian dan ketegasan, yaitu mampu menghadapi tantangan, mengambil keputusan sulit, dan bertindak dengan keyakinan demi kepentingan bangsa.
Disiplin dan tanggung jawab, yaitu menjalankan setiap tugas dengan teratur, bertanggung jawab atas setiap tindakan, dan patuh pada aturan demi keberhasilan misi.
Kesetiaan terhadap negara dan bangsa: Memiliki komitmen tak tergoyahkan pada kedaulatan dan kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ini adalah inti dari kepatriotan.
Semangat gotong royong: Kebersamaan dalam bekerja, saling membantu untuk mencapai tujuan bersama, dan mengatasi kesulitan secara kolektif, mencerminkan kekuatan persatuan.
Catur Watak Siliwangi
Catur Watak Siliwangi adalah empat karakter utama yang terinspirasi dari Raja Siliwangi, seorang pemimpin yang agung dan menjadi simbol perjuangan dan kehormatan yang terdiri dari:
Kukuh kana jangji: Teguh pada janji, memegang amanah, dan konsisten dalam perkataan serta perbuatan demi kepercayaan rakyat.
Leber wawanen: Memiliki wawasan luas dan keberanian yang tidak terbatas, berani mengambil resiko untuk kebaikan dan keselamatan tanah air.
Silih wawangi: Saling mengharumkan, menjaga kehormatan bersama, dan memberikan kontribusi positif yang membanggakan bagi organisasi dan bangsa.
Medangkeun kamulyaan: Menampakkan kemuliaan, berbuat kebaikan yang membawa kehormatan tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi lingkungan, bangsa, dan seluruh Panji Siliwangi.
3.Trisula AMS
Trisula AMS— shalat, silat, Siliwangi— adalah tiga pilar fundamental yang menjadi arah gerak, tujuan, dan landasan spiritual organisasi; menggarisbawahi identitasnya sebagai ormas kepatriotan.
Shalat, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi landasan spiritual dan moral utama dalam setiap pemikiran, perkataan, dan perbuatan. Ini menumbuhkan rasa syukur, keimanan, dan akhlak mulia dalam setiap perjuangan.
Silat, merupakan sikap cinta tanah air dan bangsa dengan mengembangkan nasionalisme yang kuat, rasa memiliki, dan dedikasi untuk kemajuan Indonesia. Sikap ini termanifestasi dalam tindakan nyata yang mendukung persatuan, kesatuan, dan pertahanan bangsa.
Siliwangi, yaitu pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan kontribusi nyata dan positif bagi kesejahteraan serta kemajuan komunitas. Ini adalah implementasi dari kepedulian sosial dan tanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat dan sejalan dengan cita-cita menjaga tanah air.
AMS Malakok jo Nagari: adaptasi dan perjuangan di Bumi Pertiwi.
Konsep “AMS Malakok jo Nagari” (AMS melekat kepada Nagari) adalah bukti nyata dari adaptasi dan fleksibilitas Budi Pekerti AMS di berbagai wilayah, khususnya di Sumatera Barat. Frasa Minangkabau ini bukan hanya sekadar slogan, melainkan sebuah kewajiban untuk membumi dengan falsafah Minangkabau dan adat setempat; mempertegas bahwa perjuangan “Pakusarakan” berlaku di setiap jengkal tanah air.
Ini berarti setiap anggota dan kader AMS di Sumatera Barat wajib:
Berintegrasi dengan masyarakat nagari: Menyatu dan berkontribusi aktif dalam kehidupan desa adat (nagari), menghormati struktur sosial, dan berpartisipasi dalam kegiatan lokal serta menunjukkan kesetiaan pada adat dan budaya setempat.
Mengamalkan “Alam Takambang Jadi Guru“: Menerapkan filosofi Minangkabau yang mengajarkan bahwa alam semesta adalah sumber pengetahuan dan kebijaksanaan tak terbatas. Ini mendorong pembelajaran berkelanjutan dari pengalaman dan lingkungan sekitar, demi strategi perjuangan yang lebih baik.
Menjunjung “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung“: Menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat istiadat, nilai-nilai, dan kearifan lokal yang berlaku di tempat mereka berada. Ini adalah wujud dari sikap toleransi, penghormatan, dan kemampuan beradaptasi, tanpa melupakan tujuan utama menjaga tanah air.
Penerapan “AMS Malakok jo Nagari” yaitu memperkuat nilai pengabdian kepada masyarakat dalam Trisula AMS, mendorong semangat belajar yang sejalan dengan Catur Silih, dan menekankan pentingnya menghormati budaya setempat, yang selaras dengan Tata Sunda dan Silih Wawangi. Semua ini bermuara pada satu tujuan: mempertahankan dan memajukan tanah air, sesuai dengan semboyan “Pakusarakan”.
Kesimpulan.
Budi Pekerti AMS membentuk individu yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki karakter kepatriotan yang kuat, berintegritas, dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Sebagai komponen Angkatan Muda Indonesia, AMS terus berjuang di bawah panji bhakti Siliwangi, menjunjung tinggi semboyan “Pakusarakan” untuk mempertahankan tanah air. Ini adalah manifestasi nyata dari pengembangan diri yang holistik (intelektual, emosional, dan spiritual), menekankan hubungan yang harmonis dengan sesama, serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan negara. Dengan memegang teguh nilai-nilai ini, AMS terus berupaya mencetak generasi muda yang menjadi agen perubahan positif, menjaga tradisi, sekaligus menjawab tantangan zaman demi kejayaan Bangsa Indonesia.
*) Penulis adalah Ketua Perwakilan AMS 106 Provinsi Sumatera Barat dan konseptor Lingkaran Inisiatif Selaras.