24/06/2025

ANGKATAN MUDA SILIWANGI (AMS): Ormas Berakar Budaya

3 min read

Pernyataan Penafian:

‎Seluruh isi, pendapat, dan pandangan yang tertuang dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab dan pemikiran pribadi penulis. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mewakili atau mencerminkan sikap, pendirian, maupun kebijakan resmi dari redaksi Pakusarakan.com atau organisasi AMS.

Oleh: Aminuddin Supriyadi *)

Di tengah derasnya arus stigma negatif terhadap organisasi kemasyarakatan (ormas), kita sering mendengar tudingan miring: bahwa ormas hanyalah sekumpulan preman yang terorganisir, pencari kekuasaan, atau alat kepentingan politik sesaat. Persepsi semacam ini tentu tidak seluruhnya benar. Bahkan, dalam banyak kasus, ia mengaburkan tujuan luhur dari ormas-ormas yang lahir dari semangat kebangsaan dan pengabdian. Salah satu contoh nyata dari ormas yang tetap teguh memperjuangkan nilai-nilai luhur bangsa dan budaya adalah Angkatan Muda Siliwangi (AMS).

AMS bukanlah sekadar organisasi massa. Ia adalah gerakan kebangsaan yang berpijak pada nilai-nilai budaya Sunda dan semangat patriotisme kebangsaan. Berdiri di bawah panji Bhakti Siliwangi, AMS mengusung semboyan perjuangan: Pakusarakan, yang berarti “Pertahankan Tanah Air”. Ini adalah wujud komitmen AMS terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)—tanah air tempat berpijak, tempat penghayatan, tempat berbakti.

Tiga Pilar Karakter AMS: Catur Watak, Trisula, dan Pakusarakan

AMS membentuk karakter anggotanya melalui penghayatan nilai-nilai dasar yang kuat, yang membimbing dalam berpikir, bersikap, dan bertindak melalui:

1. Catur Watak AMS

Empat karakter pokok yang menjadi kepribadian ideal setiap kader AMS:

  1. Kukuh kana jangji, yaitu teguh pada janji, amanah, dan konsistensi dalam ucapan serta perbuatan.
  2. Lébér wawanén, yaitu luas wawasan dan keberanian mengambil risiko demi kepentingan rakyat dan tanah air.
  3. Silih wawangi, yaitu saling mengharumkan dan menjaga nama baik organisasi, bangsa, dan sesama.
  4. Medangkeun kamulyaan, yaitu menghadirkan kemuliaan melalui tindakan positif yang membanggakan masyarakat dan negara.

2. Trisula AMS: Shalat, Silat, Siliwangi 

Tiga kekuatan utama sebagai ujung tombak perjuangan AMS:

Shalat, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa: Landasan spiritual dalam pengabdian, menjadikan iman dan takwa sebagai panduan hidup.

Silat, yaitu cinta tanah air dan bangsa; menumbuhkan nasionalisme dan semangat kebangsaan yang tak tergoyahkan.

Siliwangi, yaitu pengabdian kepada masyarakat; keterlibatan aktif dan nyata dalam kehidupan sosial sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab.

3. Pakusarakan

Semboyan ini bukan sekadar kata, melainkan jiwa yang menghidupi setiap kader AMS: mempertahankan tanah air secara menyeluruh—secara fisik, budaya, sosial, dan spiritual. Pakusarakan mengajarkan bahwa membela tanah air bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dengan keteladanan, etika, dan pengabdian.

Nilai-Nilai Ke-Siliwangi-an: Warisan Budaya Sunda yang Hidup

AMS menanamkan nilai-nilai luhur budaya Sunda sebagai akar perjuangannya:

Tata Sunda

Tatanan hidup yang menjunjung harmoni dengan alam dan sesama, menekankan kesopanan, tenggang rasa, dan etika sosial.

Catur Silih

  • Silih Asah: Saling mengasah dan berbagi ilmu.
  • Silih Asih: Saling menyayangi dan menghargai.
  • Silih Asuh: Saling membimbing dan menjaga.
  • Silih Wawangi: Saling menjaga nama baik dan martabat bersama.

Panca Waluya

  • Cageur: Sehat jasmani dan rohani.
  • Bageur: Baik hati, ramah, dan santun.
  • Bener: Jujur dan adil dalam tindakan.
  • Pinter: Cerdas, bijaksana, dan strategis.
  • Singer: Terampil, tangkas, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Panca Waluya, dengan demikian, bukan hanya prinsip hidup individu, tetapi juga menjadi bekal kolektif dalam menjaga keseimbangan perjuangan dan kehidupan bermasyarakat.

Mengembalikan Makna Ormas: Dari Premanisme ke Pengabdian

AMS hadir untuk meluruskan persepsi yang keliru tentang ormas. Bahwa ormas sejatinya bukan alat kekuasaan, bukan pula kelompok pemaksa, melainkan wadah pembinaan karakter, pelestarian budaya, dan pengabdian pada rakyat serta bangsa.

AMS menegaskan bahwa kekuatan ormas ada pada integritas dan nilai luhur. Maka, perjuangan AMS tidak didasarkan pada ambisi pribadi, tetapi pada dedikasi yang tulus untuk mempertahankan jati diri bangsa. Dalam setiap langkah, AMS memilih untuk berakar pada budaya dan berjiwa pengabdian.

Kesimpulan: Ormas Berjiwa Kebangsaan dalam Bingkai Pakusarakan

AMS membuktikan bahwa ormas bisa menjadi kekuatan moral dan sosial yang membangun. Dengan menghidupkan nilai-nilai Catur Watak, Trisula AMS, dan falsafah Pakusarakan, AMS menjadi pelindung nilai budaya dan agen penggerak patriotisme.

Dalam bingkai NKRI, AMS terus menebar pesan: bahwa cinta tanah air bukan hanya tentang tempat lahir, tetapi juga tentang tempat berpijak, tempat berjuang, dan tempat kita membangun masa depan bersama. Dengan semangat Pakusarakan, mari pertahankan dan rawat tanah air dalam setiap tindakan nyata—karena tanah air adalah kehormatan, harga diri, dan sumber kehidupan.

*) Penulis adalah Ketua Perwakilan Angkatan Muda Siliwangi (AMS.106) Sumatera Barat dan konseptor Lingkaran Inisiatif Selaras

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *